Selasa 22 2025

Hyundai Ioniq 5: Evolusi Mobil Listrik di Jalanan Indonesia

AksiMotor.web.id - Dalam beberapa tahun terakhir, tren kendaraan listrik mulai menunjukkan pertumbuhan signifikan di Indonesia. Salah satu pionir yang berhasil mencuri perhatian adalah Hyundai Ioniq 5. Mobil listrik ini bukan hanya tampil futuristik secara desain, tetapi juga menghadirkan pengalaman berkendara yang benar-benar berbeda dibanding kendaraan konvensional. Saya pribadi telah menggunakan mobil ini selama lebih dari tiga minggu di Jakarta dan sekitarnya. Dari situ, saya bisa membagikan pengalaman langsung dan detail-detail teknis yang jarang dibahas oleh media besar.


Pertama Kali Menyalakan Ioniq 5: Senyap dan Nyaman

Saat pertama kali masuk ke kabin Hyundai Ioniq 5, kesan yang langsung muncul adalah modern, rapi, dan lapang. Interiornya terasa minimalis tapi cerdas, dengan layar ganda yang menyatu di dashboard: satu untuk panel instrumen digital dan satu lagi untuk sistem infotainment. Tapi yang paling menarik adalah momen ketika mesin dinyalakan—atau lebih tepatnya, saat tombol power ditekan. Tidak ada suara, tidak ada getaran. Hanya indikator menyala, memberi tahu bahwa mobil siap dijalankan. Sensasi ini sangat berbeda dari mobil berbahan bakar minyak.

Saya mengendarai Ioniq 5 pertama kali dari Kemang menuju BSD pada malam hari. Saat melewati Tol Serpong yang cukup sepi, saya sempat mencoba mode sport. Akselerasinya instan dan bertenaga. Saat pedal gas diinjak penuh, mobil langsung melesat tanpa jeda seperti layaknya mobil listrik performa tinggi. Dalam hitungan detik, kecepatan sudah menyentuh 100 km/jam. Tapi meski kencang, mobil ini tetap terasa stabil, suspensinya menyerap guncangan dengan baik bahkan di jalan yang sedikit bergelombang.

Pengalaman Mengisi Daya: Rumah vs SPKLU

Selama beberapa hari pertama, saya hanya mengisi daya di rumah menggunakan charger AC 7,4 kW. Dari baterai 20% ke 100%, waktu yang dibutuhkan sekitar 6-7 jam, yang mana cocok dilakukan di malam hari. Namun, saat bepergian ke area SCBD, saya mencoba SPKLU PLN dengan fast charger 50 kW. Dari 30% ke 80%, waktu yang dibutuhkan hanya sekitar 25 menit—cukup untuk istirahat dan ngopi sebentar.

Di sisi konsumsi daya, penggunaan normal saya untuk dalam kota menunjukkan konsumsi sekitar 14,5 kWh/100 km. Itu artinya, dengan kapasitas baterai sekitar 72,6 kWh, mobil ini bisa menempuh lebih dari 400 km dalam satu kali pengisian penuh—cukup untuk kebutuhan mingguan di kota besar.

Kecanggihan Fitur dan Kenyamanan Sehari-hari

Salah satu fitur unik dari Ioniq 5 adalah V2L (Vehicle to Load)—fitur yang memungkinkan mobil ini menjadi sumber listrik. Saya sempat mencoba mengisi daya laptop, vacuum cleaner, hingga kompor listrik mini saat camping di kawasan Sentul. Semuanya berjalan mulus. Fitur ini belum ditemukan di banyak mobil listrik lain, bahkan di kelas premium.

Kenyamanan interior juga tidak bisa diabaikan. Jok depan bisa direbahkan hampir seperti kursi pijat, dengan sandaran kaki tambahan. Untuk penumpang belakang, ruang kaki terasa sangat lega berkat wheelbase 3.000 mm. Bahkan, saat saya membawa 3 penumpang dewasa dan 1 anak kecil, semua merasa nyaman dalam perjalanan Jakarta–Bandung selama 3 jam.

Kabin juga sangat senyap. Tidak ada suara mesin, dan peredaman suara dari luar juga sangat baik. Suara ban dan angin nyaris tidak terdengar hingga ke kecepatan 100 km/jam. Ini sangat menunjang pengalaman berkendara premium yang selama ini hanya dirasakan di mobil seharga di atas 1 miliar.

Perbandingan Langsung dengan Mobil Listrik Lain

Sebelum memutuskan membeli Hyundai Ioniq 5, saya sempat mencoba Wuling Air EV dan Nissan Leaf. Dari segi desain dan kelapangan, Ioniq 5 jauh unggul. Air EV cocok untuk dalam kota, tapi terlalu ringkih dan kecil untuk perjalanan jauh. Sementara Nissan Leaf punya performa bagus, namun desainnya terasa kurang modern dibanding Ioniq 5, dan fitur fast charging-nya tidak sepraktis milik Hyundai.

Hal ini menunjukkan bahwa Hyundai benar-benar memahami pasar Indonesia: kebutuhan akan EV yang bisa dipakai harian, nyaman, canggih, dan punya daya jelajah jauh. Maka tidak heran jika Ioniq 5 sering dibahas dalam kanal-kanal otomotif lokal seperti aksimotor.web.id yang banyak mengulas kendaraan elektrifikasi.


Cocokkah Untuk Pengguna Baru Mobil Listrik?

Saya juga sempat meragukan transisi ke mobil listrik: bagaimana dengan SPKLU? Bagaimana bila baterai habis di jalan? Tapi setelah beberapa minggu menggunakan Ioniq 5, keraguan itu hilang. Jarak tempuh yang panjang membuat saya jarang charge. SPKLU juga mulai banyak, terutama di area Jabodetabek dan tol Trans Jawa. Aplikasi MyHyundai sangat membantu untuk navigasi ke stasiun pengisian terdekat.

Apakah butuh adaptasi? Ya. Misalnya, belajar menggunakan regen braking (rem regeneratif), atau membiasakan diri memperkirakan jarak tempuh dan waktu charge. Tapi justru itu yang membuat pengalaman ini terasa “baru” dan menyenangkan.

Potensi dan Masa Depan EV di Indonesia

Dari semua pengalaman tersebut, saya bisa menyimpulkan bahwa Hyundai Ioniq 5 bukan sekadar mobil listrik, tapi simbol dari transisi besar otomotif global yang kini terasa nyata di Indonesia. Kehadiran mobil ini membuktikan bahwa EV bukan lagi sekadar konsep masa depan, melainkan solusi nyata yang bisa diakses masyarakat saat ini.

Pemerintah juga mendukung penuh adopsi mobil listrik lewat insentif, subsidi, dan pengembangan infrastruktur SPKLU. Dengan tren ini, kita bisa berharap semakin banyak model EV berkualitas dari berbagai merek, baik asing maupun produk otomotif lokal yang berpotensi ikut bersaing di pasar nasional.

Hyundai Ioniq 5 telah membuka jalan, dan pengguna seperti saya kini menjadi saksi bahwa EV bukan hanya tentang ramah lingkungan, tapi juga tentang performa, teknologi, dan kenyamanan berkendara yang lebih baik dari sebelumnya.