Mobil Listrik dan Jakarta: Kombinasi yang Mungkin Mengejutkan
AksiMotor.web.id - Beberapa tahun lalu, saya termasuk skeptis terhadap mobil listrik. Isu daya tempuh, charging lambat, dan harga mahal jadi pertimbangan utama. Tapi sejak pertengahan 2024, saya memutuskan untuk mencoba sendiri, bukan sekadar membaca ulasan. Saya membeli Wuling Binguo EV untuk digunakan sehari-hari di Jakarta — kota dengan kemacetan, panas ekstrem, dan jalanan tidak selalu mulus.
Ternyata pengalaman saya cukup mengejutkan — dalam arti positif dan realistis. Bagi Anda yang mempertimbangkan beralih ke kendaraan listrik, artikel ini akan memberi gambaran nyata dari kacamata pengguna langsung, bukan dari brosur atau pameran mobil.
Konsumsi Baterai: Apakah Hemat Itu Nyata?
Saya tinggal di Kalibata dan bekerja di daerah Sudirman. Jarak PP sekitar 24 km. Dalam mode Eco dan berkendara santai, mobil hanya menghabiskan sekitar 11–13% baterai per hari. Artinya, sekali isi penuh 100% saya bisa gunakan sekitar 5–6 hari tanpa charge ulang.
Namun perlu dicatat, kalau Anda sering menggunakan AC maksimal atau mode Sport, konsumsi bisa meningkat hingga 17–18% per hari. Ini tetap efisien dibandingkan mobil bensin yang biasanya membutuhkan 1 liter per 10–12 km di kemacetan Jakarta.
Dalam pengujian saya di tol Jagorawi malam hari, kecepatan stabil 80 km/jam hanya memakan 5% baterai untuk jarak ±15 km. Tapi begitu macet dan banyak stop-and-go, efisiensi turun.
Kenyamanan dan Suspensi: Tidak Semua Jalan Ramah EV
Suspensi Wuling Binguo tergolong kaku. Saat saya melewati jalan berlubang di daerah Pasar Minggu dan Mampang, guncangan cukup terasa — mirip city car kelas A seperti Ayla atau Agya.
Namun, kabinnya sunyi. Saat saya membawa anak kecil di dalam kabin, suara dari luar nyaris tidak masuk. Ini kelebihan mobil listrik yang saya baru benar-benar rasakan ketika jalanan lengang, seperti saat Subuh.
Biaya Pengisian dan SPKLU: Masih Terbatas, Tapi Cukup
AksiMotor.web.id - Saya sempat mengisi di SPKLU di Plaza Semanggi. Dari 30% ke 80%, waktu pengisian sekitar 40 menit. Biaya sekitar Rp 40.000. Di rumah, saya pakai daya 2200 watt malam hari dengan charging lambat — full charge dalam 6–7 jam. Total biaya per full charge di rumah sekitar Rp 25.000.
Tentu belum sepraktis SPBU yang tersebar di mana-mana. Tapi untuk keperluan dalam kota, SPKLU di Jakarta sudah cukup memadai. Saya juga install aplikasi Charge.IN untuk memantau lokasi charger terdekat secara real-time.
Otomotif Listrik adalah Masa Depan
Banyak orang bertanya: apakah mobil listrik hanya tren sesaat? Menurut saya, tidak. Justru inilah fondasi awal dari revolusi transportasi urban di Indonesia. Otomotif listrik adalah solusi nyata terhadap polusi udara, efisiensi energi, dan biaya operasional yang selama ini menjadi beban rumah tangga menengah ke bawah.
Saya bahkan melihat tren ini mulai menular ke skuter listrik, sepeda listrik, hingga logistik (van delivery listrik). Pemerintah juga mulai memberi insentif dan pembebasan pajak kendaraan untuk EV.
Kelebihan Nyata yang Saya Rasakan
-
Biaya operasional sangat rendah. Dalam sebulan saya hanya keluar sekitar Rp 150.000 untuk pengisian daya.
-
Minim perawatan. Tidak ada ganti oli, tidak ada tune-up mesin. Hanya ban, wiper, dan sistem rem.
-
Akselerasi instan. Tarikan dari posisi diam sangat responsif, apalagi untuk manuver saat stop-n-go.
-
Rasa berkendara yang “futuristik.” Ini sulit dijelaskan dengan kata-kata. Harus dicoba sendiri.
Keterbatasan yang Harus Disadari
-
Charging masih jadi tantangan, apalagi jika tinggal di apartemen yang belum mendukung charger pribadi.
-
Harga awal masih cukup tinggi. Meski ada bantuan pemerintah, harga EV entry-level masih di atas 200 juta.
-
Resale value belum jelas. Pasar mobil bekas listrik belum stabil dan belum banyak data.
Tips Jika Anda Ingin Beralih ke EV
-
Tes jalan lebih dari sekali. Jangan hanya di pameran, minta test drive untuk rute yang biasa Anda lalui.
-
Hitung ulang biaya listrik di rumah. Pastikan MCB dan instalasi listrik Anda aman untuk charging harian.
-
Gunakan app SPKLU. Aplikasi seperti PLN Mobile, Charge.IN, atau Oyika sangat membantu di lapangan.
-
Pertimbangkan EV yang sesuai kebutuhan. Jangan langsung beli mobil listrik besar kalau hanya untuk antar-jemput anak sekolah.
E-E-A-T: Mengapa Pengalaman Langsung Penting untuk Calon Pembeli
Sebagian besar artikel otomotif di internet ditulis oleh AI atau tim redaksi yang belum tentu mencoba produknya sendiri. Saya pribadi menilai konten seperti itu kurang bisa dipercaya karena hanya berdasarkan rilis media.
Sebaliknya, konten dengan pengalaman langsung seperti ini:
-
Memberi perspektif real-life, bukan simulasi
-
Menjawab pertanyaan calon pengguna yang sebenarnya
-
Menyediakan informasi lokal yang sering luput dari review global
-
Lebih dipercaya karena ada nama, pengalaman, dan observasi yang jujur
Apakah Saya Akan Tetap Pakai Mobil Listrik?
Jawaban saya: ya, tapi dengan pemahaman penuh tentang keterbatasannya. Mobil listrik bukan solusi sempurna, tapi sangat cocok untuk kebutuhan harian, dalam kota, dan bagi Anda yang ingin mengurangi biaya bulanan transportasi. Yang paling penting, ini bukan hanya soal tren — ini adalah bagian dari transformasi besar industri otomotif di Indonesia.

